Saya termasuk generasi pertama mengenal dan bergabung di komunitas penulis online Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN). Saya mengenal IIDN langsung dari foundernya Indari Mastuti kala itu yang selalu penuh semangat mengumpulkan dan ngomporin kaum perempuan untuk menulis. Ya, IIDN hadir sebagai salah satu komunitas perempuan yang konsen dengan dunia literasi.

Kala itu, atmosfer menulis yang dihadirkan oleh IIDN mampu memantik semangat menulis banyak perempuan. Saya pun akhirnya berhasil membuktikan pada diri sendiri dan orang lain bahwa saya bisa menulis. Bersama keriuhan literasi di IIDN, saya berhasil menulis dan menerbitkan dua buku dengan nama pena Aura Husna, yaitu:
  1. Ketika Merasa Allah Tidak Adil
  2. kaya dengan Bersyukur
Buku-buku member IIDN kala itu ditandai oleh adanya logo IIDN yang nangkring di sampul buku.

Dari sana saya semakin percaya diri bahwa saya bisa berkarir dengan menulis. Terlebih setelah itu terbuka peluang-peluang menulis dari banyak arah. Bahkan saya berani memutuskan resign dari pekerjaan tetap demi untuk bisa fokus menulis.

Tahun 2011 adalah tahun di mana saya mengambil keputusan besar, yakni resign dari pekerjaan sebelumnya dan fokus menulis. Empat tahun selanjutnya saya benar-benar menggantungkan finansial saya dari menulis. Tidak ada lagi gaji rutin bulanan, berganti dengan penghasilan tak menentu dari royalti dan fee menulis yang belum seberapa. Namun saya tetap bahagia menjalaninya.

Kehilangan Motivasi Menulis dan Berjarak dengan IIDN

Tahun 2015 saya lulus tes sebagai Pendamping Sosial PKH di Kementerian Sosial RI. Profesi ini mau tidak mau memangkas waktu dan fokus menulis saya. Saya harus sadar diri, tidak berani lagi mengejar proyek menulis dengan deadline ketat.

Sejak saat itu porsi waktu dan pikiran lebih banyak dialokasikan untuk menjalankan tanggung jawab sebagai abdi negara. Pekerjaan pendampingan pada masyarakat pra sejahtera ternyata cukup menguras fisik dan mental. Seiring waktu pun aktivitas menulis mulai berkurang.

Tidak hanya aktivitas menulis, seiring waktu interaksi dengan komunitas penulis termasuk IIDN juga berkurang. Saya tidak lagi mengikuti kehebohan dan berbagai program menulis yang ditawarkan di group ini. Benar-benar saya semakin berjarak dengan IIDN.

Lalu, bagaimana dengan motivasi menulis saya sendiri? Ternyata benar adanya komunitas sangat penting bagi seorang penulis. Komunitas bagi penulis adalah atmosfer yang memberikan kehangatan dan suntikan semangat untuk terus menghasilkan karya. Penulis tidak selamanya harus bekerja dalam sepi. Penulis juga butuh keriuhan rekan-rekan seprofesi untuk saling menggenjot semangat satu sama lainnya.

Koneksi dengan komunitas penulis yang merenggang boleh jadi adalah awal melemahnya motivasi menulis saya. Semakin lama rasanya semakin berat tangan dan hati ini untuk menulis. Beberapa kali mencoba ikut lomba menulis, ikut tantangan menulis yang bertebaran di medsos, namun tak ada yang selesai sampai finish. Sering kehabisan nafas bahkan sebelum proses sampai di tengah jalan.

Memutuskan Untuk Bangkit

Namun, impian untuk tetap bisa berdaya dengan menulis tetap kokoh dalam hati hingga hari ini. Saya tetap menempatkan penulis sebagai salah satu profesi yang tidak akan pernah ditinggalkan sampai kapanpun.

Apapun profesi saya saat ini atau nanti, saya tetap harus menulis. Seberat apapun menggerakkan jemari dan pikiran saat ini saya harus memulai lagi. Ini tekad yang terus saya tanamkan dalam diri. Saat-saat lemah, kehilangan daya untuk menulis saya kembali mengingatkan diri pada tekad itu.

Akhirnya, tahun 2022 ini saya memutuskan untuk kembali bangkit untuk berkarya. Berlahan namun pasti, saya kesampingkan semua alasan dan pembenaran yang selama ini memaklumi diri untuk tidak menulis. Saya buka lagi lembaran-lembaran mimpi tentang menulis yang dulu pernah saya kibarkan bersama komunitas perempuan IIDN.

Belum bisa menulis dengan nafas panjang, saya awali langkah di tahun ini dengan menulis di blog. Menulis artikel ringan dan cerita keseharian, tentunya mampu kembali melenturkan otot menulis yang sempat kaku. Saya kembali pulang ke rumah komunitas yang dulu telah memperkenalkan saya dengan menulis yakni IIDN. Saya ikuti berbagai keseruan yang dihadirkan komunitas ini untuk kembali menghirup energi menulis.

Di tahun ini juga untuk pertama kalinya saya ikut lomba menulis review IDN App yang diadakan oleh IIDN bekerjasama dengan IDN App. Ini menjadi titik balik saya untuk kembali bangkit berkarya bersama komunitas perempuan penggiat literasi yakni IIDN. Tidak berhenti di situ, saya juga mulai melirik sudut ruang kegiatan yang ada di IIDN. Wow….ternyata saya sudah ketinggalan jauh. IIDN sekarang sudah dengan nuansa yang berbeda. Terlihat dari logo barunya yang lebih elegan namun tetap manis. Satu yang tak pernah berubah dari IIDN yaitu semangat untuk terus berdaya menghasilkan karya dari mana saja dalam nafas literasi.

IIDN Kini dan Harapan Bersamanya

Menghapus jarak dengan komunitas penulis adalah cara untuk kembali menghirup atmosfer literasi. IIDN menjadi komunitas menulis yang pas dan bersahabat untuk emak-emak pastinya. Jadi wajar jika akhirnya ke sini juga saya kembali merapat.

IIDN kini semakin manis dan tertata rapi program-program untuk membernya. Ini kesan pertama ketika saya kembali mengunjungi group ini. Ada program khusus per tema setiap pekannya. Ini ternyata cukup efektif untuk mengatur agar lalu lintas postingan, kegiatan belajar dan interaksi antar member lebih nyaman dan terarah.

Nah, inilah program rutin yang sedang berjalan di komunitas penulis IIDN setiap pekannya:

#SeninSemangat

Setiap senin pagi, pengurus komunitas perempuan ini akan menyapa member baru dan berbagi semangat menulis melalui program ini. Treat #seninsemangat menjadi ajang saling sapa dan saling berbagi semangat antar member dan juga pengurus.

#SelasaBlog

Digawangi langsung oleh Buketu IIDN yaitu Widyanti Yuliandari. Ini menjadi wadah bagi para member untuk share link blog, diskusi dan berbagi ilmu seputar blogging. Tidak jarang juga IIDN menghadirkan narasumber lain yang kompeten di bidang ini.

#RabuBuku

Rabu buku menjadi wadah bagi member untuk belajar dan meningkatkan kemampuan menulis. Rabu buku diisi dengan kegiatan seperti bedah buku, sharing seputar kepenulisan dan penerbitan buku.

#KamisKuis

Program ini dirancang sebagai wadah promosi buku member atau pun hal lain terkait kepenulisan. IIDN mendorong para membernya berpartisifasi di program untuk mensponsori kegiatan sambil promo.

#JumatFiksi

Hadir khusus untuk memfasilitasi pecinta fiksi. Diisi dengan berbagai kegiatan seputar penulisan karya fiksi tentunya.

#SabtuPUEBI

Nah, untuk sharing seputar tata bahasa dalam penulisan di sini tempatnya.

#PasarMinggu

Terakhir pasar minggu. Menjadi ajang promo buku-buku terbaru para member.

Lengkap banget kan program yang disediakan komunitas perempuan ini untuk meningkatkan kemampuan menulis para membernya? Selain itu IIDN juga rutin menghadirkan event-event keren seputar penulisan dengan hadiah-hadiah menarik. Ada event antologi hingga lomba blog. Saat ini yang sedang berlangsung adalah lomba blog dengan tema Bangkit Berkarya Bersama Komunitas Ibu-Ibu Doayan Nulis. Ini menjadi pembakar semangat tersendiri bagi saya untuk kembali menjajal kemampuan menulis.

IIDN terus berbenah memberikan fasilitas terbaik bagi para membernya untuk terus berkarya. Selanjutnya, kembali pada para member mau memanfaatkan fasilitas tersebut untuk bangkit atau tidak?

Bagi saya menghapus jarak dan kembali bersama komunitas penulis IIDN adalah cara untuk tetap konsisten berkarya. Harapannya, langkah kembali ini akan menjadi titik balik untuk terus berdaya dengan karya-karya terbaik. Saya kembali bukan untuk meraih gelar penulis ataupun blogger. Saya kembali untuk terus bisa berbagi inspirasi dan menebar manfaat tanpa henti dalam setiap karya tulis yang dihasilkan.

0 Comments