Kami Menyebutnya Pohon Kehidupan
Ketika
membaca tema GA ini --Aku dan Pohon--, aku sejenak berpikir. Apa yaa.. pohon yang
paling berkesan dalam hidupku? Tiba-tiba ingatanku terpaku pada sosok pohon
tanaman tahunan yang berbaris rapi di sebuah lahan seluas satu hektar. Lahan
yang hampir setiap hari dikunjungi oleh sepasang bidadari dari mulai ditanami
hingga hari ini. Setiap hari juga sepasang bidadari itu mendatangi satu demi
satu pohon yang berbaris tersebut untuk menggoreskan ujung pisau bersiku ke
kulit pohon untuk mengeluarkan cairan putih susu.
Sejenak
nafasku tiba-tiba sesak, mata berkabut menahan rasa haru yang tiba-tiba
membuncah. Slide demi slide suka duka bersama barisan pohon dan sepasang
bidadari itu, menari-nari di benakku. Kisah itu belum selesai, bahkan masih berlanjut
hingga hari ini. Bagaimana, pohon yang tumbuh kokoh itu rela dilukai setiap
hari untuk diambil cairan putih susu yang mengalir pada goresan luka itu.
Bagaimana sepasang bidadari bekerja keras mengumpulkan rupiah demi rupiah dari
batang-batang pohon tersebut. Pandangan mataku semakin buram ketika mengingat
tumit kaki ibuku yang tampak retak-retak. Ya, Allah tumit kaki itu yang setiap
hari berjalan dari satu pohon ke pohon lain untuk mengumpulkan cairan putih
susu yang keluar dari pohon-pohon yang tumbuh berbaris di lahan tersebut.
Tenggorokanku tercekat, cairan bening tak bisa dicegah mengalir dari sudut
mata.
Ya,
ingatan pada barisan pohon itu dan sepasang bidadari selalu menghadirkan rasa
haru. Bagaimana tidak? Dalam setiap tetes keringat yang mengalir dari pori-pori
kulit sepasang bidadari itu. Dalam setiap tetesan cairan putih susu yang
mengalir dari goresan di kulit pohon-pohon itulah mengalir nafas kehidupan dan
harapan bagi kami sekeluarga.
Sepasang Bidadari |
Anda
tau?
Sepasang
bidadari itu adalah kedua orang tuaku, emak dan bapak –meminjam istilahnya
Ippho Santosa--. Pohon yang berbaris rapi mengeluarkan cairan putih susu itu
adalah pohon karet. Pohon inilah yang menjadi sumber penghidupan keluarga kami.
Batang pohon ini setiap hari disadap, diambil cairan putih susunya (latex),
dibekukan dan dijual. Dari sanalah kedua orang tuaku memperoleh rupiah demi
rupiah untuk menafkahi dan menyekolahkan kami anak-anaknya. Hingga satu demi
satu anak bapak dan emak berhasil menginjakkan kakinya di almamater bergengsi
di negeri ini.
Barisan Pohon Karet |
Jadi,
tidak salah kiranya jika kami (aku dan keluarga) menyebut pohon ini sebagai pohon kehidupan bukan?
Baiklah,
mungkin ada yang belum mengenal pohon karet dan bertanya-tanya mengapa cairan
lateks dari pohon ini bisa menghasilkan rupiah?
Pohon
karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu
komoditi perkebunan yang cukup diperhitungkan di Indonesia. Tanaman ini
memberikan kontribusi besar baik dalam bidang ekonomi maupun ekologi. Dari sisi
ekonomi, sejak dahulu karet sudah menjadi sumber penghasilan utama bagi petani
pekebun di berbagai wilayah sentra pengembangan karet. Jauh sebelum tanaman
sawit menjadi primadona perkebunan, tanaman karet sudah menjadi sumber
pendapatan bagi petani pekebun. Bahkan, karet termasuk salah satu komoditi
ekspor non migas yang menjadi sumber devisa yang potensial bagi negara ini. Dari sisi ekologi pohon karet adalah komponen ekosistem yang berperan penting menjaga keseimbangan alam.
Pohon karet merupakan
jenis tanaman tahunan yang tumbuh meninggi dan memiliki lingkar batang yang
cukup besar. Tinggi tanaman dewasa bisa mencapai 15-30 meter. Pohon tumbuh
meninggi, lurus dan membentuk percabangan setelah cukup tinggi. Batang tanaman
mengandung getah, yang kemudian dikenal dengan istilah lateks. Jika salah satu
bagian tanaman dilukai, maka ia akan mengeluarkan cairan putih susu atau lateks
ini. Batang merupakan bagian tanaman yang paling banyak mengandung lateks.
Bekas Sadapan |
Selanjutnya beralih pada
daun. Pohon karet memiliki daun berwarna hijau saat muda dan berubah menjadi kuning
hingga merah setelah tua dan rontok. Uniknya, pohon karet memiliki kebiasaan
menggugurkan/merontokkan daun-daunnya pada waktu tertentu. Biasanya terjadi
pada musim kemarau untuk mengurangi penguapan. Petani karet menyebut masa itu
dengan istilah ‘musim bercukur’. Karena pohon karet benar-benar menjadi gundul
seperti orang yang habis bercukur karena merontokkan semua daun-daunnya. Musim bercukur adalah masa-masa paceklik bagi petani karet. Karena produksi lateks otomatis juga menurun.
Secara morfologi, daun
karet memiliki tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Daun karet merupakan
daun majemuk. Setiap helai daun majemuk terdiri atas tiga anak daun yang berbentuk
elips, memanjang dan ujung daun meruncing.
Tanaman karet berkembang
biak dengan biji. Biji karet berwarna coklat kehitaman dengan bercak-bercak pola yang
khas. Biji terdapat dalam ruang buah yang keras berwarna hijau saat muda dan
berubah menjadi coklat setelah matang. Jika sudah matang ruang buah akan pecah
secara alami dan mengeluarkan biji. Biasanya disertai dengan suara khas ‘klik’
yang cukup jelas. Setiap buah karet terdiri atas 3 hingga 6 ruang buah.
Masing-masing ruang buah menghasilkan satu biji.
Berbeda dengan tanaman
sawit, pohon karet yang dimanfaatkan dalam dunia industri bukan biji atau
buahnya. Melainkan getah atau lateks yang keluar dari proses pelukaan pada
batang tanaman tersebut. Proses pelukaan pada pohon karet ini dikenal dengan
istilah penyadapan. Penyadapan bertujuan untuk membuka pembuluh lateks pada
batang pohon karet, sehingga lateks mengalir keluar.
Proses penyadapan tidak
bisa dilakukan sembarangan. Melainkan dengan teknik tertentu. Hal ini
dimaksudkan agar lateks mengalir banyak langsung dialirkan ke tempat
penampungan dan tidak menyebar ke mana-mana. Beberapa jam kemudian, lateks yang
terkumpul tersebut akan membeku.
Oh ya, perlu diketahui lateks ada yang dijual dalam bentuk cair dan ada juga yang dijual dalam bentuk beku (padatan). Orang tuaku dan petani karet di desa kami semuanya menjual lateks dalam bentuk beku. Lateks dalam bentuk beku dikenal juga dengan istilah getah lum.
Oh ya, perlu diketahui lateks ada yang dijual dalam bentuk cair dan ada juga yang dijual dalam bentuk beku (padatan). Orang tuaku dan petani karet di desa kami semuanya menjual lateks dalam bentuk beku. Lateks dalam bentuk beku dikenal juga dengan istilah getah lum.
Lateks |
Mengapa lateks atau getah
lum laku dijual? Lateks dan getah lum merupakan sumber karet alam yang sangat
bermanfaat dalam dunia industri. Ia merupakan bahan baku pembuatan berbagai
produk industri seperti ban, sandal, sepatu, isolator dan lain-lain. Sehingga, permintaan
akan karet alam ini tetap besar baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk
kebutuhan ekspor.
Keluargaku memang sangat
dekat dengan pohon karet. Mengingat pohon karet bagiku sama dengan mengingat
perjuangan keluarga ini. Bagaimana tidak? Sesuap nasi yang masuk ke mulutku dari
bayi merupakan hasil dari tetesan cairan lateks yang disadap dengan penuh
kesabaran oleh sepasang bidadari. Gelar sarjana yang disandang oleh anak-anak
emak dan bapak tidak lepas dari tetesan cairan lateks.
Ya, pohon karet adalah
pohon kehidupan. Kehidupan keluarga ini mengalir bersama aliran lateks di dinding-dinding
pembuluh tapisnya mengikuti irama sadapan. Terimakasih pohon karet telah
mengizinkan tubuhmu dilukai untuk menghidupi keluarga ini. Terimakasih tak
terhingga pada sepasang bidadari yang pengorbanan dan kasih sayangnya tiada
tara. Semoga Allah melimpahkan hidayah, kesehatan dan kebahagiaan selalu
untukmu duhai Ayah dan Ibu.
3 Comments
Ida udah komentar dari kemarin, tapi kok nggak masuk" ya...
ReplyDeleteBegini, Mak, setahu Ida, sepasang bidadari ya tetap perempuan semua. Kalo satunya laki" namanya sepasang sejoli.
Dibukunya Ippho Santoso juga yang disebut sepasang bidadari itu perempuan semua. Istri dan Ibu. :D
Salam kenal ya, Mak
Mohon maaf lahir batin
Ida Raihan
Salam kenal jg mak Ida,
DeleteTerimakasih kritikannya mak, sy yang keliru :)
Maksudnya memang untuk menyederhanakan penyebutan saja. Kira-kira apa ya istilah yg cocok utk ayah dan ibu? klo sepsang sejoli kesannya ABG banget hehe....
Thank u dah mampir ya mak, :)
Penjelasan yang menarik gan :) bermanfaat bgt, visit ya www.ipb.ac.id
ReplyDeleteTinggalkan Komen Ya!