Cerdas Memilih Benih Kelapa Sawit yang Berkualitas
Tanaman
kelapa sawit (Elaeis quineensis Jack)
sudah mulai ditanam secara komersial di Indonesia sejak tahun 1911. Pertama
kali kelapa sawit dikembangkan di pulau Sumatera. Namun pada masa itu hingga
puluhan tahun sesudahnya perkembangan kelapa sawit stagnan. Belum banyak
industri yang memanfaatkan hasil dari perkebunan ini pada masa itu. Sehingga,
minat masyarakat dan pengusaha untuk mengembangkan komoditi ini sangat rendah.
Namun,
semenjak 1980-an perkembangan kelapa sawit mulai tampak menunjukkan geliatnya.
Beberapa perusahaan besar baik swasta maupun perusahaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak di bidang perkebunan yang melihat potensi pasar Crude Palm Oil (CPO) mulai membuka
lahan-lahan perkebunan kelapa sawit baru. Hingga 2 (dua) dekade terakhir sangat
terlihat jelas betapa pesatnya perkembangan perkebunan kelapa sawit. Baik dari
pertambahan luas areal tanam, maupun dari sisi peningkatan produksi buahnya.
Ternyata,
potensi besar kelapa sawit ini tidak hanya dilihat oleh perusahaan besar. Para
petani dan individu di daerah pun mulai melihat peluang besar yang dijanjikan
oleh komoditi ini. Sehingga, tidak heran para petani yang awalnya mengembangkan
tanaman karet dan kakao mulai banting setir ke komoditi ini.
Tidak
dapat dipungkiri, kelapa sawit sudah menjawab sebagian besar masalah
perekonomian masyarakat dewasa. Tidak sedikit tenaga kerja yang diserap oleh
sektor ini. Investasi di bidang perkebunan kelapa sawit terus meningkat setiap
tahun. Sehingga, sektor perkebunan ini tidak boleh dipandang sebelah mata.
Saat
ini, luas areal penanaman kelapa sawit sudah tersebar ke seluruh pulau-pulau
besar di Indonesia. Seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Hingga
tahun 2008, luas areal pertanaman kelapa sawit tercatat seluas 7,01 juta hektar
yang tersebar pada keempat pulau besar tersebut.
Benih
Kelapa Sawit
Apakah
Anda termasuk petani yang mulai melirik usaha perkebunan kelapa sawit? Jika
iya, hal pertama yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana mendapatkan
benih yang baik dan berkualitas. Ya, faktor utama yang mempengaruhi
produktivitas kelapa sawit adalah kualitas benihnya disamping faktor pendukung
lainnya.
Indonesia sebenarnya adalah penghasil benih kelapa
sawit terbesar di dunia. Tingkat produksinya mencapai 167 juta kecambah per
tahun. Namun, angka produksi tersebut ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan
benih kelapa sawit yang terus meningkat setiap waktu.
Teknologi
perbenihan pada tanaman kelapa sawit memang tegolong rumit, tidak semudah
tanaman perkebunan lain. Apalagi, tanaman kelapa sawit pada umumnya hanya
diperbanyak secara generatif (biji). Sehingga, proses untuk menghasilkan biji
yang baik tidak hanya sulit, akan tetapi juga membutuhkan waktu yang tidak
sedikit.
Meskipun
belakangan mulai dikenal teknik perbanyakan secara vegetatif yaitu melalui
kultur jaringan, namun teknik ini belum banyak dikembangkan. Sehingga,
menghasilkan benih secara generatif masih menjadi pilihan bagi sebagian besar
perusahaan sumber benih.
Di
Indonesia, benih unggul yang umum digunakan saat ini adalah hasil persilangan
antara “Dura” dan “Pisifera” atau hibrida D x P. Di mana Dura dipilih sebagai
pohon induk betina dan Pisifera sebagai pohon induk jantan. Dan tanaman hasil
persilangan ini kemudian disebut dengan Tenera. Varietas inilah yang kemudian
banyak dikembangkan di perkebunan-perkebunan kelapa sawit.
Bagaimana
Memilih benih Kelapa Sawit yang Baik?
Hal pertama yang paling menentukan produktivitas
tanaman kelapa sawit adalah benih yang berkualitas. Tanpa mengesampingkan
faktor luar seperti pemupukan dan perawatan tanaman lainnya. Oleh karena itu,
hal pertama yang harus diperhatikan ketika ingin mengembangkan kelapa sawit
adalah bagaimana memilih benih kelapa sawit yang baik?
Berikut
adalah beberapa tips sederhana yang bisa Anda gunakan untuk memilih benih
kelapa sawit yang baik dan benar:
Pertama:
kenali kriteria standar benih kelapa sawit yang baik.
Perlu
diketahui bahwa benih kelapa sawit yang baik dan berkualitas memiliki beberapa
kriteria standar. Diantaranya yaitu:
a. Berat biji minimal 0,8 gram
b. Panjang radikula dan plumula sudah mencapai lebih
kurang 2 cm.
c. Arah tumbuh radikula dan plumula berlawanan arah
d. Warna radikula dan plumula putih kekuningan, segar dan
tidak lembek.
e. Radikula dan plumula sudah bisa dibedakan dengan
jelas.
f. Kecambah harus bebas dari pengaruh Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT)
Selain
benih, beberapa penangkar juga memproduksi dan menjual bibit dalam polybag yang
siap dikembangkan. Berikut adalah beberapa standar bibit dalam polybag yang
baik, yaitu:
a. Umur bibir yang baik berkisar antara 10-12 bulan.
b. Tinggi bibit antara 102 s/d 126 cm
c. Jumlah daun minimal 15 pelepah dan maksimal 18 pelepah
d. Lilit batang antara 17-18 cm
e. Warna daun dan pelepah hijau tua
f. Bibit terbebas
dari serangan OPT.
g. Polibag yang digunakan sebaiknya berwarna hitam dan
berukuran 50 x 40 cm x 0,2 mm
Bahan
tanam dalam bentuk bibit ini sebenarnya lebih praktis untuk dikembangkan, karena
petani tidak perlu lagi repot-repot menyemai kecambah. Petani cukup memelihara
bibit hingga siap dipindahkan ke polybag yang lebih besar sebelum dipindahkan
ke lobang tanam. Hanya saja, kekurangan bibit ini adalah dibutuhkan tempat yang
luas untuk pengangkutan. Dan kemungkinan bibit mati atau mengalami stres selama
pengangkutan sangat besar.
Kedua: Memesan langsung pada
sumber benih atau penangkar bibit resmi yang ditunjuk oleh pemerintah.
Langkah aman untuk
mendapatkan benih sawit yang berkualitas adalah dengan memesan langsung pada
sumber benih resmi yang telah mendapat legalitas dari pemerintah. Pertanyaannya
kemudian adalah bagaimana mengetahui suatu sumber benih kelapa sawit yang
dituju resmi atau tidak? Sejauh ini ada delapan sumber benih resmi yang memproduksi
benih kelapa sawit, yaitu:
1.
Sungai Pancur I
dan Sungai pancur II
2.
AVROS, Lame,
Yangambi, Langkat, Simalungun
3.
PPKS 540 dan
PPKS 718,
4.
Bah Lias I, Bah
Lias II, Bah Lias III, Bah Lias IV
5.
Dami Mas I, Dami
Mas II, Dami Mas III, Dami Mas IV dan Dami Mas V
6.
Topaz I, Topaz
II, Topaz III dan Topaz IV
7.
Sriwijaya I,
Sriwijaya II, Sriwijaya III, Sriwijaya IV, Sriwijaya V dan Sriwijaya VI
8.
TS I, TS II, TS
III,
Sementara untuk bibit dalam
polybag, sebaiknya pesan langsung pada penangkar bibit yang melaksanakan
waralaba atau bekerjasama langsung dengan sumber benih resmi. Untuk info lebih
lanjut mengenai sumber benih resmi dan penangkar bibit resmi ada baiknya Anda
mengunjungi Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi/Kabupaten terdekat.
Pustaka:
Sinar Tani Edisi 3-9 Maret
2010 No. 3344 Tahun XL
Suriana, N. 2007. Skripsi:
Kajian Penyebab Patah Pelepah Beberapa Progeni Kelapa Sawit (Elaeis quineensis
Jacq). Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
0 Comments
Tinggalkan Komen Ya!