Setelah sekian lama ngak pernah posting tulisan, tiba-tiba posting tentang kematian.
Aih ada apa ini? :)
Tenang saudara-saudara ngak lagi
berubah tabiat kok, Cuma ingin ikut meramaikan GA-nya mak dnamora. Tema GA yang
tidak biasa kali ini mampu menggelitik hati ini untuk kembali menghidupkan blog
ini. Thank you ya maak :)
Kematian
adalah suatu yang pasti namun masih misteri. Tuhan menyembunyikan waktu dan
cara kematian itu dari hamba-hamba-Nya. Jadi, sudah sepantasnya kita senantiasa
mengingatnya.
Bahkan
dalam islam, Rasul Saw sudah mewanti-wanti kita untuk senantiasa mengingat
kematian. Kita dianjurkan untuk melihat orang sakit, melayat dan mengantarkan
mayat ke kubur, menyolatkan jenazah, dan menziarahi kubur. Tujuannya tidak lain
adalah agar kita senantiasa ingat bahwa suatu saat kita juga akan mati. Bukan
hanya sekedar mengingat, tetapi juga mempersiapkan diri untuk hari berpulang
tersebut. Agar ketika waktunya tiba, kita benar-benar bisa menutup mata dengan
khusnul khotimah.
“Hendaklah kalian memperbanyak mengingat kematian.” (HR. Ath-Thabrani).
Tampaknya
tema GA kali ini senada dengan hadist di atas. Yakni mengingatkan kita agar
mempersiapkan diri, lahir dan batin untuk menyambut hari yang dijanjikan itu.
Ketika
menulis postingan ini, aku memberikan alarm pada diri sendiri. “Waktumu di
dunia ini tinggal 8 hari lagi wahai diri, apa yang akan kamu lakukan?” Berbagai slide-slide perjalanan hidup kembali
bermunculan di memori. Semua membuat hati miris dan menangis. Ya, Allah andai
waktu itu benar-benar tiba 8 hari lagi, apa aku layak menyandang gelar khusnul
khotimah itu?
Dan
ketika alarm kematian mengingatkan waktuku tinggal 8 hari lagi, inilah 5 hal prioritas
yang akan aku lakukan:
Pertama: Taubatan Nashuha
Aku
manusia biasa yang tidak bebas dari dosa. Banyak dosa dan maksiat yang memenuhi
lembaran amalku. Karena itu, jika alarm kematian itu sudah berbunyi aku ingin
diri ini sudah menuntaskan taubatan nashuha. Karena aku percaya ampunan Allah
itu maha luas. Sekalipun dosaku sebanyak buih dilautan, aku tidak boleh
berputus harapan.
Untuk
itu, aku akan mengisi malam-malam panjangku dengan sholat taubat. Bersimpuh
memohon ampun kepada-Nya. Membasahi lisan dengan istighfar setiap waktu selagi
nyawa belum sampai ke tenggorokan. Mengakui semua dosa-dosa dan kesalahan yang
telah aku lakukan selama ini. Mengakui semua kelalaiaan dan kemalasan diri.
Mengakui kelemahan diri. Dan berharap ampunan dari Rabb yang Maha Luas
ampunannya.
"Sesungguhnya Allah selalu menerima taubat hamba-Nya, selagi. nyawa belum sampai ke tenggorokan (sakaratul-maut)." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Kedua: Melunasi Hutang
Sebagai
mahluk sosial, aku menyadari bahwa hidupku pun tidak lepas dari hutang. Baik
hutang materi maupun immateri. Mungkin masih ada hutang uang yang belum
dilunasi, barang pinjaman yang belum dikembalikan atau juga hutang janji yang
belum ditepati. Aku akan segera membuka catatan hutang, bergerilya mencari
benda dan barang pinjaman yang belum dikembalikan, juga memutar memori mengingat
hutang janji yang belum ditepati. Jika ada hutang uang, aku akan segera
melunasi. Jika masih ada benda atau barang pinjaman yang belum dikembalikan,
aku akan segera mengembalikan, jika ada hutang janji yang belum ditepati jika
memungkinkan akan aku tepati, jika tidak aku akan memohon keikhlasan dari
mereka yang aku janjikan.
Ya,
Allah aku berharap sebelum nyawa itu sampai ke tenggorokan semua hutang ini
bisa aku lunasi. Jika belum bisa dilunasi, semoga aku sudah mendapat kerelaan
dari mereka yang aku hutangi. Semoga Engkau memberi kebaikan dan pahala
berlipat untuk mereka yang memudahkan urusanku dalam masalah hutang ini. Agar
hutang dunia menjadi penghambat ruh-ku menuju kehadirhat-Mu.
“Jiwa (ruh) seorang mukmin (yang telah meninggal dunia) itu tergantung (tidak sampai kehadirat Allah) karena hutangnya, sehingga dibayarkan terlebih dahulu (oleh ahli warisnya).” (HR. Imam Ahmad, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).
Ketiga: Silaturahmi
Dalam
bersosialisasi dengan sesama, aku tidak luput dari kesalahan. Baik perkataan,
sikap, maupun tindakan yang telah melukai atau bahkan menzholimi sesama. Jika
waktuku di dunia tinggal delapan hari lagi, silaturahmi akan menjadi prioritas
ketiga yang aku lakukan. Jika memungkinkan untuk mengunjungi rumah mereka, akan
aku kunjungi. Namun jika tidak, aku akan menghubungi mereka menggunakan alat
komunikasi.
Dalam
silaturahmi tersebut aku akan memastikan beberapa hal, yaitu:
- Apakah masih ada hutangku pada mereka yang belum aku lunasi?
- Apakah masih ada barang mereka yang aku pinjam
- Apakah masih ada janjiku pada mereka yangbelum ditepati.
Nah,
dengan silaturahmi ini aku berharap semuanya menjadi clear.
Selain
itu sudah pasti banyak salah dan khilaf yang telah dilakukan selama
bersosialisi. Karenanya, aku juga perlu meminta maaf dan memaafkan, meminta
keikhlasan dan mengikhlaskan semua hal yang mungkin pernah membuat hubungan
silaturahmi ternodai. Aku berharap, ketika meninggalkan dunia ini semua orang
yang mengenalku telah memaafkanku dan mengiringi kepergianku dengan doa-doa
terbaik mereka. Aku juga berharap kelak kami dipertemukan kembali di istana
cahaya-Nya dalam canda tawa hingga membuat iri pada nabi dan syuhada. Sebab,
kami saling mencintai karena Allah.
“Orang-orang yang bercinta karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cahaya sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” (HR at-Tirmidzi).
Keempat: Menulis Surat Cinta
Aku
juga akan menyempatkan diriku untuk menuliskan surat cinta pada orang-orang
yang aku cintai.Aku ingin menyampaikan pada mereka bahwa aku sangat mencintai
mereka. Dan berharap akan terus bersama-sama mereka di dunia dan akhirat kelak.
Aku akan menitipkan pesan agar mereka tidak melupakan Allah swt dalam kondisi
apapun. Jangan tinggalkan apa yang diwajibkan-Nya dan menjauhi semua
larangannya. Terus berdoa agar Allah yang Maha pengasih menyatukan kami kembali
di Jannah-Nya.
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara makruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqaroh: 180)
Kelima: Memastikan Hati, Lisan, dan Jasad Senantiasa dalam Dzikrullah
Ya
Allah seandainya kematian itu tiba, aku ingin lisan, hati dan jasad ini sedang
larut dalam dzikrullah. Untuk itu,aku akan mengisi hari-hariku dengan
dzikrullah. Akan akan membasahi lisan dengan tasbih, tahmid, tahlil, istighfar
dan kalimat-kalimat thoiyibah lainnya.Menjaga
hati agar senantiasa mengingat Allah. Dan menjaga jasad agar senantiasa
melakukan aktivitas-aktivitas yang diridhoi-Nya.
Nabi
Muhammad Saw bersabda:
“Barangsiapa yang akhir perkataannya Laa Ilaaha Illallah, masuklah ia ke dalam syurga.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Sayangnya
alarm kematian tidak selalu dibunyikan. Ya, kita tidak akan pernah tau kapan
kematian itu datang. Menyiapkan diri untuk hari berpulang itu adalah cara
terbaik untuk mengingatnya. Tidak perlu menunggu H-8 menuju kematian, karena
kita tidak akan pernah bisa memprediksikannya. Langkah terbaik adalah selalu
beringat bahwa kematian itu bisa datang kapan saja dan di mana saja. Tanpa
perlu menunggu apakah kita sudah siap atau belum?
Jadi, sudahkah kita
mempersiapkan diri untuk hari berpulang itu?
menarik skali mbak tulisannya..
ReplyDeletemengingat kematian, sedikit merinding2 gimanaa gitu hee
tapi kematian kan udah sesuatu yang pasti hee
Sukses untuk GA nya ya mbak
salam kenal ^_^
Salam kenal kembali mba Rohma, thanks dah mampir ^_^
DeleteTerimakasih tulisannya Mba, Melimpah berkah segala urusannya,, aamiin
ReplyDeletewahh sangat menarik. Salam kenal mba.
ReplyDeleteSalam sejuk dari Bandung.